Pantaskah Aku Jadi Pelayan Madrasah ?
Pertanyaan yang selalu muncul didalam benakku yang memaksa untuk selalu berkaca terhadap segala yang telah aku jalani sehari-hari.
Assalamu'alaikum sahabat infoghazi.net .
Pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang selalu membuat aku harus introspeksi diri dan belajar dari kesalahan yang pernah aku perbuat dan mungkin juga ini pernah dialami oleh sahabat semua.
Pantaskah Aku Jadi Pelayan Madrasah ?
Aku yang sering kali datang terlambat ke kantor dan dengan tanpa rasa malu langsung duduk dibalik meja di kursi yang empuk dengan melihat semua berkas-berkas yang ada didepanku dan ditemani ponsel pintar jari jemariku mulai menari - nari diatasnya.
Pantaskah Aku Jadi Pelayan Madrasah ?
Aku selalu saja mengabaikan pertanyaan yang sangat mendasar ini sebagai seorang abdi madrasah "sudah benarkah pelayananku pada madrasah ?" Aku yang selalu merasa diriku paling pintar, paling mengerti dan paling segala-galanya dibanding madrasah yang aku layani. Aku yang selalu ingin agar madrasah yang aku layani mengikuti apa yang sudah menjadi keputusanku tanpa melihat bagaimana kondisi madrasah, aku yang selalu saja aktif untuk menunjukkan eksistensiku pada madrasah, popularitas, ingin dibilang pintar, pekerja keras dan banyak jasanya mungkin itu sederet pujian yang aku tunggu dari madrasah selain kata terima kasih.
Baca juga :
Pantaskah Aku Jadi Pelayan Madrasah ?
Group whatsapp, telegram dan berbagai media sosial menjadi teman kerjaku setiap harinya. Tidak pernah lepas ponsel pintar dari genggaman tanganku, tidak pernah berhenti jari-jariku pencet sana pencet sini di layar ponsel pintarku, selalu aku abaikan tamu yang sedang mengobrol denganku dan lebih sering aku menatap layar ponsel ketimbang menatap lawan bicaraku. Aku yang selalu berbicara dengan segala kesombonganku dengan segala keterbatasan yang aku miliki aku merasa diriku paling hebat diantara semuanya.
Pantaskah Aku Jadi Pelayan Madrasah ?
Aku yang seringkali membuat janji dalam waktu yang bersamaan dengan janji lainnya, yang pada akhirnya tidak aku tepati salah satu janji itu, aku yang selalu bekerja dengan egoku dan hanya berteman dengan orang yang aku anggap cocok denganku, tidak kupikir lingkungan kerjaku, tidak kupikir teman kerjaku, kuabaikan semua saran dan nasihat dari mereka karena aku merasa aku lebih hebat dari mereka yang sudah lama mengenal dan mengabdi pada madrasah. Aku yang selalu menutup telinga ketika aku mendengar keluhan-keluhan madrasah terhadap pelayananku, aku lebih sering menutup mata dari keadaan madrasah yang sudah aku buat bingung dengan cara kerjaku. Aku yang sering kali menyakiti perasaan orang lain saat aku berbicara, aku yang sering tidak terima atau lebih tepat tidak mau diberi saran kecuali dari orang yang aku anggap benar dimataku. Tanpa aku sadari aku sudah menjadi bahan omongan teman kerjaku dan madrasah yang aku layani tetapi aku adalah aku, aku akan berjalan dengan keyakinanku, dengan egoku dan dengan perasaan bahwa akulah yang terhebat dan mengerti banyak hal.
Pantaskah Aku Jadi Pelayan Madrasah ?
Aku yang selalu berharap jabatanku naik, karena aku tidak mau kalah dengan mereka yang sudah lebih dulu naik jabatannya, kerap kali aku meninggalkan kantor karena dinas luar yang seharusnya bukan tugasku karena aku menganggap akulah yang paling mengerti dari teman-teman kerjaku yang lain. Aku yang selalu saja menjatuhkan orang lain demi menjaga nama baikku, demi menjaga zona nyamanku.
Pantaskah Aku Jadi Pelayan Madrasah ?
Jangankan dilingkungan kerjaku, dengan orangtuaku sendiri saja lebih sering aku berbicara kasar, tidak pernah aku menyesal akan ucapanku yang menyakiti perasaan ayahku. Hanya orang tertentu saja yang menjadi teman curhatku meskipun apa yang aku bicarakan semuanya tidaklah sesuai dengan perilakuku... yaa tentu saja keburukanku aku rahasiakan agar aku selalu terlihat baik dimata teman curhatku. Aku yang pandai memberi saran pada orang lain dan aku yang pandai memberi arahan pada orang lain, aku yang selalu berbagi kata-kata bijak di media sosial tetapi dalam diriku sendiri masihlah belum benar dan semua yang aku katakan tidaklah sesuai dengan perilakuku.
Sahabat, apakah ini yang dinamakan watak ? ataukah memang aku yang gila terhadap sanjungan atau pujian atau mungkin juga aku seorang yang gila hormat ? Dan aku masih belum tahu dan masih belum bisa menjawab pertanyaan itu. Biarlah suatu saat nanti Tuhan yang akan menegurku dari hasil perbuatanku sendiri.
Terima kasih sahabat, telah menjadi teman ceritaku hari ini, semoga apa yang aku tulis disini menjadi bahan untuk koreksi diri dan semakin ikhlas dalam melakukan suatu pekerjaan dan tanpa pamrih, serta tidak memaksakan kehendak kita pada yang kita layani dan selalu bekerja sesuai dengan apa yang sudah menjadi tugas kita.
Incoming Terms CeritaGhazi :
- Pantaskah aku menjadi pelayan madrasah ?
- Sudah pantaskah aku menjadi pelayan madrasah ?
- Pantaskah Aku Jadi Pelayan Madrasah ?
- Benarkah pelayananku pada madrasah ?
- Sudah benarkah pelayananku pada madrasah ?
Beri Komentar Tutup comment